Minggu, 26 Februari 2012

EKSPEDISI BROMO

28-29 Januari 2012, dua hari ekspedisi gunung Bromo dilakukan. Tim yang tak lain adalah sekumpulan pemuda pemakmur masjid –insyAllah- dan juga para pecinta alam (haha mekso..). Tidak puas dengan ekspedisi (bc:rihlah) yang dilakukan sebelumnya yaitu ke pulau sempu , waduk selorejo, dan danau ranu pani kaki gunung semeru, kami tertantang untuk melanjutkannya ke gunung maskot pesona jawatimur itu. Apalagi ditambah dengan kejadian erupsi g.bromo yang terjadi beberapa waktu lalu.
Setelah melakukan konfirmasi dengan pihak pengelola Bromo (cz saat itu cuaca lagi ekstrim, jadi kami pikir sementara Bromo ditutup) kami positif berangkat di waktu yang kami jadwalkan. Tim berangkat dari markaz (bc:pesma) hari Sabtu 28 Januari 2012 sekitar pukul 14.00 WIB. Perjalanan diperkirakan memakan waktu 4 jam dengan menggunakan sepeda motor. Tim sampai di lokasi sekitar pukul 18.30 (haha molor dikit ...).
Sedikit menggambarkan bagaimana kondisi perjalanan yang kami tempuh, di luar dugaan. Selain memang dari kami hanya satu orang yang sudah pernah ke sana (Bromo:red), kebanyakan dari kami belum pernah atau sangat sedikit sekali yang sudah pernah melakukan ekspedisi gunung. Perjalanan dari Malang-Pasuruan kami lalui dengan lancar. Mulai pasuruan hingga mendekati Pananjakan hawa dingin mulai kami rasakan. Perjalanan yang menanjak dan berliku-liku dengan hawa dingin tersebut mau tidak mau musti kami hadapi. Beberapa kejadian terjadi selama perjalanan ekstrim tersebut: di antara kami ada yang sepeda motornya hanya mampu berjalan skitar 3-5 km/jam (hehe maklum cz muatan overload juga jenis sepeda motor yang kurang tepat). Ada juga yang di tengah perjalanan mogok (maklum mas yang dipake adl sepeda sekitar tahun 80-90an). Ada yang terperosok di jalan yang rusak berlumpur, untung tidak ada yang cidera. Hal ini karena semakin dekat dengan tujuan maka medan semakin berkabut tebal, hari yang semakin gelap, dan udara semakin dingin, dan pada saat itu hujan lagi..(bisa dibayangkan). Satu-satunya cahaya di jalan menanjak yang kiri-kanan-nya tebing dan jurang tersebut adalah lampu kendaraan dan senter. Lampu yang kami gunakan pun tidak mampu menembus tebalnya kabut lebih dari 3 meter-an. Ini adalah track pertama kami di sana. Finally, dengan kebersamaan lah semua itu dapat kami lalui. Dengan berjalan saling berdekatan, sepakat pelan-pelan, jika sampai dengan selamat insyAllah selamat semua. Dan jika masuk jurang mungkin juga masuk semuanya (alhamdulillah ini tidak terjadi). Sampai di lokasi hari gelap dan hawa dingin menyusup tulang. Tempat itu kami ketahui selanjutnya bernama PANANJAKAN. Sebuah tempat yang digemari para wisatawan untuk menikmati indahnya komplek pegunungan di taman nasional Bromo-Tengger-Semeru. Kami ketahui suhu saat itu berkisar 5-9o C. Saat itu kondisi masih sepi, karena setelah kami bertanya kepada petugas jaga di sana ternyata memang saat-saat yang ramai adalah hari minggu mulai pukul 3 dinihari sampai pagi. (wow, dengan udara sedingin ini justru ramai,,,pikir kami heran).
Dengan kondisi yang masih sepi tersebut alhamdulillah kami mendapat keuntungan. Ya, meskipun kami sudah sedia membawa tenda dan berbagai perlengkapannya, kami tidak perlu mendirikannya. Kami menginap di musholla yang ada di lokasi tersebut (hehe..mungkin ini juga bisa menjadi tips bagi para pembaca yang ingin ke sana, dengan catatan dari kami: tidak untuk pasangan pranikah dan jangan banyak-banyak orangnya, maksimal 12 orang lah). Dan, setelah berjamaah sholat maghrib jama’ qoshor isya’, malam berselimut hujan dan dingin itu akhirnya berlalu berhias canda tawa dan hangatnya selimut kebersamaan. Meskipun banyak dari kami yang tidak bisa tidur karena dingin, tak terasa waktu menunjuk pukul 04.30, sholat subuh musti kami laksanakan, fiuuh..udara dingin semakin menusuk.. Tak lama setelah berjamaah sholat subuh, mulai terdengar riuh ramai pengunjung di luar musholla, dan benar apa yang dikatakan petugas wisata tadi malam.
Setelah berkemas, kami langsung bergegas keluar musholla menuju ‘view point’ di tempat itu (bukan karena apa-apa, kami sadar teman, tempat itu adalah tempat umum. Mungkin kalau itu bukan tempat umum kami akan ber-bismikallahumma ahya wa amuut hingga hari agak hangat, hehe). Sekian jam kami lalui di tempat terbuka berkabut-basah-dingin tersebut. Menurut cerita orang-orang, dari tempat bernama ‘view point’ tersebut kita bisa melihat keindahan sun rise dari balik g.Bromo. Tapi penulis sendiri heran, karena yang terlihat sejak tadi hingga sekitar pukul 06.30 hanyalah gumpalan kabut tebal, dan bukankah pada jam tersebut adalah waktu normal matahari terbit..??.
Sekian lama menunggu ‘gosip’ yang tak kunjung nyata keberadaannya tersebut kami mendapat berita bahwa hari itu para wisatawan belum bisa menikmati keindahan fenomena alam tersebut karena cuaca yang kurang baik. Ya sudaaahlaah. Apapun yang terjadi....janganlah kau bersedih....cz everythin’s gonna be OK. Bgitulah kira2 pesan moral yang ada dalam lagunya Bang Bondan. Bagi penulis sendiri masih banyak sekali keindahan lain yang bisa dihayati dan menunjukkan kebesaran Allah SWT Sang penguasa alam semesta.
Setelah cukup kami menikmati dinginnya hawa pegunungan, kami memutuskan untuk turun gunung. Bukan pulang, tapi ekspedisi sebenarnya ke g.Bromo. Perjalanan turun tidak kalah ekstrim nya dengan perjalanan kemarin ketika naik. Kali ini yang kami hadapi adalah jalan rusak berbatu dengan turunan tajam. Antara yakin dan tidak kami dapat melewatinya, keputusan pun berpihak pada gunung Bromo. Setelah beberapa saat memicu adrenalin, alhamdulillah sampai juga di batas tepi luar dari lautan pasir, dan kami awali dengan menelusuri lautan pasir yang luas. Subhanallah, kami kagumi keindahannya, bersanding dengan gunung batok (pd awlnya kami mengira itulah g.Bromo, mklum blm prnah ksana..) yang berdiri tegak berkulit hijau.
Decak kekaguman pun terus mengalir. Puas mengarungi lautan pasir, di hadapan kami menjulang gunung pasir dengan banyak pengunjung di sana, dan, itulah tujuan utama kami, gunung Bromo. Tanpa berlama-lama kami langsung memarkir kendaraan melangkahkan kaki ini mengantar rasa ingin tahu yang besar seperti apakah keindahan kawah Bromo yang selama ini hanya cerita.
Rasa lelah-pun serasa sirna seketika di hadapan kami menjulang tangga yang menjadi jalan terakhir menuju puncak Bromo –yang di situlah kami nanti bisa melihat langsung seperti apakah kedahsyatan kawah Bromo setelah meletus beberapa waktu lalu-. Dan, alhamdulillah kaki ini pun mencapai puncak tertinggi gunung Bromo. Maha Besar Allah dengan segala kekuasaan dan ciptaanNYA, yang akhirnya lagi-lagi mengingatkan bahwa kami adalah hamba yang sangat kecil, lemah, dan tidak berhak sedikitpun sombong di hadapanNYA. Alhamdulillah...
Ekspedisi tersebut berakhir menjelang waktu sholat Dhuhur pada hari Ahad 29 Januari 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar