Jumat, 20 Januari 2012

Muslim Cerdas Peduli Lingkungan. Part (1) : Care

Indonesia adalah negara yang dikaruniai Allah SWT berlimpah kekayaan alam. Tanah pertanian yang begitu subur, hasil tangkapan laut yang meruah, dan tentu tak kalah banyaknya bijih pertambangan yang sampai sekarang menggiurkan negara mana saja untuk iri serta ingin memilikinya. Seakan-akan Allah SWT telah menganaktirikan negeri ini dibanding negeri-negeri lainnya di dunia ini. Hingga seorang penyair ternama mengumpamakan kekayaan alam ini dengan ungkapan ‘lautan Indonesia adalah kolam susu, tongkat-pun bisa menjadi tanaman yang tumbuh subur di negeri ini’. Tentu saja apabila berlimpahruahnya kekayaan alam tersebut dikelola dengan cara-cara yang baik serta memperhatikan norma-norma yang ada untuk kepentingan penduduk negerinya, bisa dipastikan kesejarteraan akan meliputi penduduk negeri Indonesia ini.


Namun tampaknya fakta yang terjadi tidak demikian. Kesejahteraan penduduk negeri ini tidak begitu saja terjamin dengan banyaknya kekayaan alam yang ada. Dari hasil pendataan kesejahteraan sosial yang dihimpun berbagai lembaga penghimpun data di Indonesia, angka kemiskinan dan ketidaksejahteraan penduduk Indonesia setiap tahunnya menunjukkan jumlah yang cukup membuat siapapun yang mengetahuinya mengelus dada. Belum lagi jika kita lihat fakta langsung di lapangan, bisa jadi lebih ngeri lagi. Alam yang dahulunya subur bersemi hijau, saat ini seakan-akan semakin memudar menjadi hijau kecoklatan. Bukan hanya itu, flora dan fauna yang menjadi maskot kenyamanan negeri ini sebagai tempat tinggal mereka seakan-akan hanya menyisakan cerita selagi menghitung mundur detik kepunahan. Eksplorasi hasil tambang yang dilakukan oleh orang-orang rakus tak mampu lagi dibendung dengan teriakan rakyatnya ‘jangan rusak hutan kami...’. Sungguh memprihatinkan sebenarnya melihat tangis pilu alam negeri seribu pulau ini. Seakan tak kuat lagi menyaksikan penyiksaan alam yang terus-menerus dilakukan orang-orang yang tak bertanggungjawab, rakyat hanya mampu berbisik ‘kita bisa apa...’. Menyiratkan keputus-asaan yang begitu besar di benak setiap orang.

Tetapi, apakah memang kita benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa? Apakah kaki-kaki kecil ini sudah tidak sanggup lagi mengantar harapan kepada alam negeri ini untuk kembali ke masa keemasannya? Tidak! Sungguh masih ada secercah harapan untuk membuat alam ini kembali tersenyum. Mengembalikannya ke saat di mana penduduk negeri ini dapat berharmonisasi dengan alamnya. Sebagai seorang muslim tentunya tidak ada kata putus asa dalam suatu perjuangan ke arah yang lebih baik. Termasuk dalam ikut berperan menjadikan alam ini menghentikan tangisnya.

Tak ada lagi kata ‘nanti’ ataupun ‘besok saja’ untuk segera mengambil tindakan. Dengan tidak meremehkan hal-hal yang (kita anggap) sepele, maka sudah seharusnya setiap kita melakukan aksi sejauh yang kita mampu. Tidak pula harus bergabung dengan kelompok pecinta alam, ataupun organisasi rehabilitasi flora-fauna yang telah banyak berdiri. Anggapan bahwa hanya merekalah yang memiliki peran dalam menjaga kelestarian alam lingkungan ini adalah suatu anggapan yang salah besar. Namun setidaknya kita harus ikut merasa bangga kepada mereka yang tentu telah melakukan banyak langkah positif untuk menjaga alam ini tetap ‘hidup’. Akan tetapi selayaknya kita tidak berhenti sampai di sini saja, hanya menunggu dan menunggu hasil dari kerja mereka, sedangkan kita justru terninabobokkan oleh kesenangan-kesenangan yang melenakan sebuah tanggungjawab bersama, bahwa kita juga memiliki kewajiban pelestarian itu. Yang lebih parah lagi, di satu sisi kita mendukung program-program yang mereka selenggarakan, namun di sisi lain kita gemar melakukan hal-hal yang justru merusak lingkungan, baik secara sadar maupun tidak.

Bagaimana tidak, di berbagai daerah sedang digalakkan program penghijauan terhadap lingkungan yang gersang, tetapi di belahan daerah lain justru marak sekali terjadi penggundulan hutan. Padahal jika kita tahu, sebuah pohon tumbuh mulai bibit hingga besar adalah tidak dalam waktu sehari! Belum lagi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggundulan ini tidak hanya akan mengganggu kelangsungan hidup manusia, akan tetapi seluruh makhluk hidup yang ada di daerah tersebut. Itu baru satu kasus. Masih banyak sekali kasus lain yang serupa dengan ‘program penyiksaan alam’ seperti itu.

Untuk itu, sudah seharusnyalah kita sebagai umat Islam menjadi umat yang cerdas, umat yang peduli terhadap keadaan lingkungannya. Karena tentu di lingkungan inilah kita hidup, berharmonisasi dengan alam, dan menjadikan alam ini sahabat kita, kita adalah sahabat bagi mereka. Mari beraksi di lingkungan kita masing-masing...